Di pertengahan juni gue mengalami
suatu hal yang akhirnya merubah pola pikir gue. Pola pikir tentang ‘memberi’.
Jadi gini ceritanya, waktu itu gue baru pulang ambil hasil tes toefl gue di LIA
Pramuka, lumayan jauh dari kosan gue. Nah pas gue balik sampe halte dukuh
atas 1 karena kecapiaan akhirnya gue memutuskan untuk ga ngatri dulu tapi
gue istirahat bentar di kursi besi yang disiapkan di halte itu.
Saat itu gue lihat ada satu orang cowo, dan dua wanita
yang duduk juga disitu. Wanita yang satu itu terlihat kurus banget lagi gendong
anaknya yang kira-kira berumur 1 tahun. Beberapa menit duduk ternyata ada
seoarang anak kecil kira-kira umur 6 tahun melempar sebuah tas ke arah ibu yang
kurus itu. Ternyata itu anak dia yang satu lagi. Anak itu ngambil dompet ibunya. Ibunya teriak trus akhirnya di lempar kembali dompet ibu itu.
Adegan 1 yang gue lihat
berakhir, tapi beberapa menit kemudian
si anak itu teriak-teriak lagi maksa ibunya untuk cepat naik busway, dan yang
lebih bikin gue kaget ibunya bilang “bentar dulu, mama isturahat dulu, cape..”
si anak ga mau tau dia tetap teriak gini “Cape,, cape,, ayo ma, kiita udah
ketinggalan busway dari tadi.” Itu dilakukan berulang kali, saking
marahnya si ibu langsung bangkit ngejar anak itu sambil gendong adik nya.
Adegan kejar-kejran berlangsung beberapa kali. Semua yang lagi nunggu busway pun
merasa terusik, petugas busway pun ga ketinggalna terusik melihat adegan “anak
durhaka” menurut pendapat gue.
Adegan 2 ini berlangsung lama
menyita perhatian penonton, akhirnya saking kesalnya si ibu langsung memojok
dan menangis, tapi si anak tetap aja ga mau memahami keadaan ibunya. Gue yang
memperhatikan adegan itu rasanya pengen nonjok si anak itu saking kesalnya. Tapi gue
memutuskan untuk bertanya ke ibu itu, ada
apa? Kok ibu terlihat lelah sekali? Air mata ibunya terus membanjir
menceritakan keluh kesahnya di tambah lagi kelakuan sia anak yang bandel dan
mempermalukan ibunya di depan banyak orang.
Gue dan ibunya bercerita panjang lebar, akhirnya gue sadar kalo si ibu lagi dalam keadaan yang depresi berat, keadaan suami yang lagi sakit, kelurga yang datang ke Jakarta dan mau di jemput tapi ga ketemu di stasiun, kondisi keuangan yang parah, ga ada makanan. Ternyata banyak hal yang dialami si ibu ini. Disitu gue sadar ternyata banyak orang masih membutuhkan bantuan dan uluran tangan kita.
Awalnya gue mikir “wah jangan-jangan
ini modus baru lagi buat pengemis dapat duit” tapi beberapa menit kemudian gue memutuskan
untuk memberi sedikit uang. Dengan jumlah yang sangat sedikit itu gue berharap
si ibu bisa sedikit punya harapan untuk membeli makan malam buat keluarganya. Dan
akhirnya gue memutuskan untuk pergi karena busway udah datang meninggalkan ibu itu dengan sejuta
doa dan ucapan trima kasih.
Hmmmm,,,, Banyak hal yang gue
pelajari hari itu melalui pertemuan singkat bersama ibu itu, terkadang gue
berpikir gue orang yang paling tidak beruntung di muka bumi ini, tapi saat itu
gue sadar bahwa gue adalah ORANG BERUNTUNG YANG HARUS MEMBANTU ORANG LAIN YANG
KURANG BERUNTUNG. Gue sudah di pilih Tuhan buat melakukan hal ini. Dan satu hal
lagi yang merubah pola pikir gue tentang memberi “jangan pernah berpikir untuk memberi,
jangan berpikir pasti kita di tipu, jangan berpikir kalo memberi ntar gue gimana
ga ada duit lagi” hanya berpikir “Gue mau beri apa yang bisa gue beri.” Dan percaya
atau ga saat gue sampai di kosan, gue mengalami sukacita yang luar biasa
saat gue melakukananya.
Itu mungkin pengalaman biar lu yang
baca jangan kayak gue lagi masih
berpikir yang ga benar dulu baru memberi. Dan ini mungkin pengalaman tentang memberi
dalam bentuk uang atau barang, tapi gue mau bilang satu hal lagi, ada sukacita
yang luar biasa yang bisa lu rasakan ketika yang lu beri adalah dedikasi diri
lu buat Tuhan, gue jamin sukacitanya lebih besar dari yang gue certain panjang
lebar di atas. Mau mengami sukacita lagi? Beri yang bisa anda beri, Terutama
penyerahan diri anda secara penuh buat Tuhan.
FS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar